Rabu, 22 Februari 2017

Gaya Belajar Saya

Saya mengetahui ada berbagai macam gaya belajar itu sejak menjadi guru, telat yak. Ternyata gaya belajar tiap orang itu berbeda-beda sejak itu saya memahami setiap siswa dengan gaya belajarnya masing-masing. Alhamdulillah bermanfaat ketika sy punya anak, punya bekal untuk mengamati gaya belajar anak saya. 

Anak pertama saya, Arkan saat ini usianya 4y5m. Sy belum bisa memberikan label gaya belajar dia karena belum konsisten Arkan memperlihatkan gaya belajar nya. Arkan masih menggunakan bbrp metode belajar untuk bbrp kegiatan, misalnya :

✅ Ketika menghafal Al Quran, Arkan lebih mudah hafal dengan metode audio visual
✅ Ketika mengenal huruf dan angka dengan kinestetik nya alias kegiatan dilakukan dengan  keringetan insya Allah langsung nempel 😁
✅ Berkisah salah satu metode mujarab juga saat pembelajaran akhlak ke anak saya. 
✅ Belajar dari sumber nya Atau praktik langsung, metode jalan-jalan. misalnya saat belajar tentang adab di fasum, kami ajak dia ke perpus daerah, naik aneka transportasi umum. Ketika belajar tentang berbagi, kami mengajak Arkan berkunjung ke panti asuhan untuk berbagi. Belajar menabung, menabung di rumah dengan celengan dan menabung ke bank lengkap dengan dia belajar antri di depan teller. Alhamdulillah masih inget dan jadi bahan cerita terus. Pengalaman memang pelajaran yg luar biasa ya 😘

Kecenderungannya yang mana? Wah masih dalam proses pengamatan saya. Trus misalnya klo si anak ditanya lebih suka kegiatan menggambar, menulis, nonton, lomba lari, jalan-jalan? Maka Arkan akan menjawab dengan lantang suka LARI dan JALAN-JALAN 😅


Nah NHW #5 ini diminta untuk menulis gaya belajar saya, baiklah saya coba uraikan perjalanan saya menemukan gaya belajar yg pas (menurut sy)

Gaya Belajar di Masa Silam
Saya menemukan cara belajar yg asik itu ketika SMP kelas 2. Sejak SD saya selalu dapat juara tp belum memiliki kesadaran belajar yg baik alias belajar masih didorong-dorong mama, belum Ada kesadaran sama sekali buat belajar hihi.. Ketika SMP mama papa sy sudah mulai melepas dengan harapan sy bisa mandiri belajar tp ternyata zonk! Hancur lebur nilai saya di kelas 1 SMP. Akhirnya papa saya turun tangan untuk menyelesaikan masalah ini, orangtua saya bukan tipikal yg menuntut nilai kognitif saya bagus tp mereka berharap saya cinta ilmu dan suka belajar. Papa saya sudah mengamati dan minta saya mencoba semua gaya belajar lalu pilih yg paling nyaman. Alhamdulillah saya sudah cocok dan dipakai sampai sy menyelesaikan pendidikan formal. Gaya belajar sy agak ribed dibanding saudara2 kandung saya. Ketika menerima pelajaran saya harus mencatat, sampai rumah harus dibaca lg. Jika mencatat insya Allah nempel lama di otak saya. Adik-adik saya hanya mendengar dan melihat aja langsung deh nempel. Hikmahnya saya memang harus rajin membaca dan menulis 😂

Gaya Belajar Ketika Masuk Dunia Kerja
Saya suka tantangan, Ketika masuk dunia kerja pun sy memilih pekerjaan yg menantang. Tidak pernah berpikir menjadi guru tp akhirnya memilih menjadi guru. Pola kerja yg sy lakoni membutuhkan kecepatan sy adaptasi, mau belajar, dan cepat paham. Masih pakai catatan? Ternyata masih butuh tp langsung dibarengi dengan praktik alias action. 

Gaya belajar saya saat ini
Nah Ketika menjadi ibu, saya pun tidak mengubah Gaya belajar. Yg dibutuhkan Ketika belajar skrg : lebih FOKUS! Apalagi dengan godaan anak-anak yaa.. Pokoknya ketika belajar, saya mau anak-anak jd alasan jd ga fokus. 
Sebelum menikah, saya berusaha banyak mencari ilmu terkait pernikahan dan pendidikan anak. Tujuannya biar ga meraba-raba Ketika sudah praktik. Qodarullah, sy kerja di dunia pendidikan yg dekat dengan keluarga dan anak lalu bertemu Jodoh di usia yg cukup  matang 27 tahun. Rasanya jika sy tidak mempersiapkan dengan baik kok seperti meremehkan pernikahan. 
Sejak awal menikah sy juga membuat kesepakatan sm suami. Jika Ada Acara  saya belajar, seperti : seminar, workshop, dan tidak Ada fasilitas kids corner, suami bersedia dititipin anak. Begitu juga kulwapp dan webinar yg notabene nya online, beneran saya nggak mau diganggu.
Ketika sy mengikuti PSPA bersama Abah Ihsan, beliau selalu mewanti-wanti peserta untuk mencatat semua materi penting karena jika tidak dicatat mustahil akan ingat dan akhirnya sia-sia. Ini mah saya bgt hihi
Benang merah gaya belajar saya yaitu, mencatat dan dibaca ulang lalu ditulis lg. Klo dlu ada buku khusus untuk menulis semua materi Skrg cukup menggunakan aplikasi notes di HP. Setelah itu langsung saya pindah ke blog khusus belajar saya. Khawatir tiba-tiba HP "sakit" bisa hilang semua materi yg sudah sy dapatkan. Kegiatan menulis lah saat ini yg paling sering saya lakukan untuk menyerap ilmu lebih banyak. Tidak lupa selalu berusaha berbagi ilmu supaya ilmu yg saya punya bermanfaat bagi orang lain.

Jadi jika saya belajar kurang lebih alur nya seperti ini :
Mendapatkan Materi/ Baca ➡️ mencatat ➡️ Review/ Baca Ulang ➡️ Menulis untuk disimpan sendiri ➡️ Berbagi bisa di publish atau mengisi materi
Insya Allah sedang berusaha konsisten untuk selalu berbagi ilmu ke orang lain.

NHW #5 
Fikri Widiastuty U


Rabu, 15 Februari 2017

My #LifeGoals

Mengunyah dan mengunyah lagi maksud dari NHW #4 kali ini. Sampai sy minta tolong suami, baca trus minta dia memahami juga..

Well.. ini beneran pake mikir dan perlu diorat-oret.

Berkaca pada NHW#1, tentang apa yg sy pelajari di Universitas Kehidupan saya tetap pada pilihan: sebagai pendidik anak. saya tetap memilih jalur pendidik karena sudah memahami dan penuh pengaharapan, Pengharapan tentang amalan yang masih mengalirkan pahala ketika diri ini berpulang, yaitu mengamalkan ilmu yang bermanfaat. saya tetap memilih di jalur pendidik, karena mendidik anak bukan lah perkara gampang. kita harus serius dan memahami tentang Fitrah anak dari dia dilahirkan hingga menuju Sang Pencipta.

Fitrah belajar anak, setiap anak adalah pembelajar tangguh dan hebat. tidak ada anak yang tidak suka belajar kecuali fitrahnya telah terkubur. masa keemasan pengembangannya di usia 7-10. Interaksi terbaiknya dengan alam. buahnya adalah terhadap alam (Harry Santosa, FBE)

Dari sanalah saya semakin meyakinkan diri untuk terlibat langsung menjadi pendidik anak, untuk memelihara fitrah belajar anak dan mempertahankan tradisi ilmiah anak hingga dewasa. saya memulainya dari anak saya sendiri.

Tentang konsistensi saya di NHW#2 ternyata butuh pendamping yang setia mengingatkan, yaitu suami saya. Dialah yang mengingatkan saya tetap berada di "jalan yang lurus", mengingatkan tentang niat saya berubah menjadi lebih baik dari hari ke hari. sempat tertatih-tatih karena harus memperbaiki kebiasaan yang sudah menjadi karakter saya. bahkan ada yg harus diubah karakter saya, agar semakin baik.

Sejak saya berhijrah, saya sudah memahami apa maksud penciptaan Allah SWT terhadap saya, tentu saja menjadi Khalifah Fil Ardh. 
Saya memulainya dari diri sendiri, memperbaki sikap dan perilaku agar mendapatkan pasangan yang sekufu dan baik akhlaknya. Lalu menikah dan membangun keluarga muslim yang tangguh. Sebelum lahir anak-anak, kami (saya dan suami) sudah mulai merancang model pendidikan anak yang akan diterapkan ke anak-anak kami. Setelah itu saya akan keluar rumah, agar diri ini bermanfaat bagi masyarakat.

Misi Hidup : Bermanfaat bagi orang lain dan menjadikan semua itu ladang amal.
Bidang : Pendidikan Anak
Peran : Sebagai Ibu di rumah dan Guru di masyarakat.

Saya membutuhkan ilmu agar, misi hidup saya tercapai #LifeGoals
Ilmu yang saya pelajari yaitu :

1. Pemahaman
Saya paham tujuan hidup saya, saya paham mendidik anak itu penting untuk membangun peradaban Islam. saya paham dan saya menikmatinya

2. Ikhlas
Melakukan semuanya karena Allah SWT. Pengharapan tentang ladang amal, tujuannya adalah sebagai bekal untuk menuju akhirat.

3. Amal
Mempelajari, lalu action. saya mulai dari diri saya sendiri dan keluarga

4. Pengorbanan
Rela mengorbankan waktu, harta demi belajar dan memahami pola bermasyarakat

5. Totalitas
Pesan ayah saya, jika saya sudah memilih, itu artinya saya harus total dan FOKUS.

Milestone ini sudah saya lakukan sejak sebelum saya menikah, ketika saya mulai jatuh cinta pada dunia pendidikan. Dimulai saat saya berusia 24 tahun.

KM 0-KM 1 ( saya butuh waktu 3 tahun) pada usia 24-27tahun.
Saya berada di masa pencarian jati diri, saya mau apa, tujuan hidup saya apa, dan untuk siapa? lalu saya mulai memahaminnya, mencerna dan akhirnya menetapkan satu tujuan. Ikhlas melakukannya dalam rangka memantaskan diri menjadi seseorang yg tepat seperti tujuan yg ditetapkan.

KM 1-KM 2 (saya masih butuh waktu 3 tahun juga)
Usia 27- 30 tahun
Saya mengamalkan setelah berdoa dan berusaha memantaskan diri. Saya menikah, lalu diboyong ke kota Medan dan memulai hidup baru. semua serba baru. Kami mulai membangun keluarga muslim, melahirkan anak-anak shaleh (Insya Allah). 

KM 2- KM 3 ( 3 tahun selanjutnya) 
Usia 30- awal 33 tahun
Masa di mana saya mencari pengalaman di Kota ini, walaupun harus berkorban meninggalkan anak saat kerja. Tapi dari sinilah saya memahami dan semakin mempertajam tentang betapa pentingnya pendidikan anak. Seorang anak akan menjadi seperti apa, tergantung pendidiknya. Saya galau, saat harus mencari sekolah untuk anak setelah tau kenyataan kualitas pendidikan di kota ini sangat kurang. Kegalauan itu akhirnya berbuah manis.

KM 3- KM 4 (3 tahun setelah ini)
Masuk usia 33 tahun
Bismillah saya memulai membangun sekolah kehidupan untuk anak saya dan anak-anak yang mau belajar sesuai dengan fitrah seorang anak. Saya menamakannya ini adalah ilmu totalitas. Dimana saya dituntut untuk FOKUS dan menarik diri saat ada ilmu baru. Saya berusaha selalu bilang "menarik deh, tapi sayang sy ga tertarik"

Bersyukur saya ikut MIIP, disini lah saya bisa mengumpulkan kepingan jejak kehidupan saya secara utuh dalam satu rencana hidup dalam bentuk tulisan. 
Semoga saya bisa dan Istiqomah 
melakukan nya. 















Kamis, 02 Februari 2017

"Kok gambarnya burung mi?"

Ada ceritanya loh bang, gini ceritanya 😘
Filosofi Burung
Sebelum burung Kecil menetas, sang induk burung betina mengerami telurnya, dengan setia tidak meninggalkan sarangnya, Induk burung jantan dengan ketulusannya pergi mencari makan dan segera kembali ke sarang untuk menyuapi istrinya dengan penuh kasih sayang.
Saat telur burung menetas, anak_anak burung pun bermanjaan menyambut kehangatan induknya, dan sang induk bergantian memberikan perlindungan pada anak2nya.
Saatnya sang ibu pergi mencarikan makan untuk anak-anaknya yang kelaparan di dalam sangkar. Ia rela menahan lapar sebelum anaknya kenyang.
Ini seperti gambaran, ayah ummi ke abang Akan dan adek za ❤️
Setelah anak-anak burung tumbuh besar, sang ayah akan mengajarkan anak-anaknya terbang, dan dengan kesabaran menyambut anak-anaknya yg jatuh dan memberinya semangat untuk terus belajar terbang.
Saat semua telah bisa terbang, burung-burung itu memiliki kebebasannya untuk mengarungi dunia, tiada kemelekatan dan tiada pamrih, demi kebahagiaan semuanya mereka belajar untuk terus bertahan hidup dan terbang bebas melihat keindahan alam bebas.
Ummi dan ayah tidak membatasi kalian untuk "terbang" kemana pun kalian mau tapi kami berharap kalian tetap "pulang" dan membangun "rumah sendiri"
Saling menyayangi ya nak.. Sayangi adekmu ya bang..
Hormati sayang dan hormati abangmu ya Dek.. 😍